Walaupun
bayi lahir dengan sehat
dan selamat,
bapak Ibu perlu senantiasa
menjaganya, agar
terhindar dari godha
rencana atau mara
bahaya. Untuk
mengupayakan agar bayi
luput dari
bahaya, selama empat
malam berturut-turut,
bapak dan ibu melakukan
tolak bala. Pada setiap
malam bahaya yang
mengancam berbeda-
beda,
demikian tolak balanya
pun berbeda-beda.:
font>
Pada
malam pertama setelah
bayi itu lahir,
asal goda-rencana dari
Batara Kala, wujudnya
berupa Asu-Ajag atau
serigala, datangnya pada
wayah surup atau saat
matahari tenggelam,
antara jam 15.30 sampai
dengan 18.30. Tolak
balanya adalah: semua
pintu yang ada dibakari
belerang, dan membakar
blarak (daun kelapa
yang kering) di dalam
rumah sebanyak tiga kali.
Waktunya kira-kira
pada jam 19.00, jam
24.00 dan 03.00.
Selamatannya berupa:
sega punar,
yaitu nasi berwarna
kuning. Iwak ati (hati)
kinang dan pengilon (kaca
cermin) kelut atau sulak,
sapu gerang (sapu dari
batang lidi),
kendhi, dan damar (lampu
minyak), diletakkan pada
posisi kaki bayi.
Kemudian bapak dari si
bayi mengelilingi rumah
dengan pujian : Akala
nama siwa.
Pada
malam ke dua, asal goda
rencana dari
Batara Brama, wujudnya
Sapi, waktu
kedatangannya saat sirep
wong,
kurang lebih jam 21.30
sampai dengan jam 22.30.
tolak balanya adalah
: pintu utama rumah di
pasangi daun nanas
kering di beri warna hitam
dan putih seperti ular
weling dan membakar
kulit brambang (bawang
merah) serta membakar
blarak di dalam rumah
sebanyak tiga kali,
waktunya kira-kira pada
jam 19.00, jam 24.00 dan
03.00.
Selamatannya
berupa : nasi merah
lauknya
kuluban (sayur-sayuran
yang digodog) atau
gudangan, kinang,
pengilon,
sapu gerang, kendhi,
damar diletakkan pada
posisi kaki bayi.
Kemudian bapak dari si
bayi mengelilingi rumah
dengan pujian : Hong
brama sia yama swa
henu
Pada
malam ke tiga asal goda
rencana dari
Batara Wisnu, wujudnya
Celeng, waktu
kedatangannya pada
waktu tengah
malam sekitar jam 00.00.
tolak balanya adalah :
pintu utama rumah di
letakan ri widara (duri dari
buah widara) dan
membakar kulit
brambang (bawang
merah) serta membakar
blarak di dalam rumah
sebanyak tiga kali,
waktunya kira-kira pada
jam 19.00, jam 24.00 dan
03.00.
Selamatannya
berupa : nasi hitam
lauknya
iwak banyu (ikan air
tawar), kinang, kemenyan
madu, kembang boreh,
sulak, pengilon, sapu
gerang, kendhi, damar
diletakkan pada posisi
kaki bayi. Kemudian bapak
dari si bayi mengelilingi
rumah dengan
pujian : Oma suyuna
manta slano slana
font>
Pada
malam ke empat asal
goda rencana dari
Batara Guru, wujudnya
burung perkutut, Batara
Mahadewa wujudnya
kambing, Batara Yama
wujudnya sanggira,
Batara Brama wujudnya
sapi,
Batara Kwera wujudnya
tikus, Batara Pritanjala
wujudnya manuk emprit
(burung pipit), Batara
Langsur wujudnya
menjangan. Batara Kala
wujudnya asu ajag,
Batara Ludra wujudnya
lembu Handini, Batara
Surya
berujud ular, Batara
Candra wujudnya
kucing.
Tolak
balanya adalah : benang
lawe di
ikatkan keliling rumah. Ibu
bayi memangku bayinya
semalam suntuk.
Dapat dilakukan
bergantian dengan sanak
saudaranya. Sedangkan
bapak
dari si bayi berjaga
semalam suntuk, dengan
ditemani tetangga dan
kerabat. Dinding rumah di
sembur dengan dlingo
bengle dan bawang
putih sembari
mengucapkan pujian:
Hong, hong, ywan ywan,
Siwa boja
bujanaki, tamar swana,
maswala. Pada malam itu
tidak boleh membunuh
segala macam binatang
dan serangga-serangga
kecil yang masuk
rumah.
Para
Batara yang datang dalam
wujud binatang
tersebut harus di bagekke,
dimanggakke (disambut)
sebanyak tiga
kali, dengan menyebut
namanya Sang Kala
Katung dengan mantra
seperti
ini :
- mantra
pertama diucapkan pada
saat
tenggelamnya matahari :
Abang kona ristikane
sediya ayu, sun iya
harja, muliha mengko
padha tekamu tan
anggegawa ala lungamu
uga
aja anggegawa ala
font>
- mantra
ke dua diucapkan tengah
malam:
Abang, komes mateka ing
kene sediya harja, ingsun
iki iya harja,
muliha bareng tekamu,
tekamu ora anggegawa
mulihmu uga aja
anggegawa.
- Mantra ke
tiga diucapkan pada saat
byar
rahina (pagi hari
menjelang mata hari
terbit) : Abang kanu raswa
rawuh, sediya hayu, sun
hiya harja, muliha bareng
saiki, tekamu
ora anggegawa, muliha
uga aja anggegawa.
font>
Pengucapan
ketiga mantra tersebut
dengan
nada tinggi dan
menyentak
|